Homs – Pejuang Suriah menggulirkan pertempuran titik penghabisan untuk mempertahankan kota Homs yang terkepung. Militer Suriah, Selasa (22/04), melancarkan serangan dahsyat yang belum pernah dialami sebelumnya kota yang dikenal dengan ibukota revolusi tersebut.
Menurut laporan aktivis, seperti dilansir media online Al-Hayat.com, situasi genting dialami pejuang Suriah di dalam Homs. Aktivis mengatakan sebagian mereka menyerahkan diri ke tentara rezim, sementara sebagian yang lain terus berjuang mati-matian mempertahankan kota terbesar kedua di Suriah tersebut. Mujahidin terus mengirimkan bom-bom Syahid ke sejumlah titik penting kekuatan rezim di Homs. Sebagian mereka terus menyemangati yang lain untuk tetap berada di barisan menghadapi pasukan Nushairi.
Seorang aktivis yang dikenal dengan nama Thaer Khalidiyah mengatakan dalam wawancara online dengan kantor berita Associated Press, “Kondisi di Homs saat ini semakin genting. Bisa jadi, beberapa hari ke depan Homs berada di bawah kontrol rezim,” katanya.
Menurut sejumlah analis, pertempuran Homs ini sengaja digulirkan rezim Suriah untuk mendesak pejuang ke arah utara, dekat perbatasan Turki, sebelum hari pemilihan presiden yang direncanakan 3 Juni mendatang.
Charles Lester, seorang analis dari lembaga Brookings Institute mengatakan dari Doha, Qatar, jika Homs jatuh ke tangan rezim maka merupakan pukulan besar bagi pejuang Suriah. Militer Suriah berusaha keras merebut kota itu, karena posisinya strategis dan merupakan kota penting di Suriah.
Militer rezim Suriah telah mengepung kota Homs selama lebih dari satu bulan. Selama seminggu ini, militer meningkatkan gempuran membabi buta kota tersebut dengan bom Birmil, roket, mortir dan berbagai bahan peledak lainnya.
Aktivis di Homs mengungkapkan bahwa serangan ini merupakan serangan terbesar yang belum pernah dialami pejuang di kota Homs.
Diperkirakan, saat ini masih terdapat sekitar seribu pejuang yang terus berjuang di kota Homs. Sebagian besar mereka dari pejuang Jabhah Nusrah dan brigade-brigade yang sebut dengan brigade ‘Islamis’.
Sementara itu, seorang aktivis yang dikenal dengan Abu Rami menunjukkan bahwa puluhan pejuang lebih memilih menyerahkan senjata mereka dan keluar dari kota Homs. [hunef]