Oleh Ustadz Abu Ismail Muslim Atsari
Sesungguhnya jika manusia memperhatikan perjalanan hidupnya, sejak ia diciptakan sampai akhir hidupnya di dunia ini, pasti akan mendapati banyak bukti kekuasaan Allâh Azza wa Jalla . Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla sering mengingatkan manusia akan hal ini, agar mereka ingat dan waspada dalam menjalani hidup ini, yaitu supaya tetap beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla semata dan tidak beribadah kepada selain-Nya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ ﴿٢٠﴾ وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? [adz-Dzâriyât/51: 20-21]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
أَوَلَمْ يَرَوْا كَيْفَ يُبْدِئُ اللَّهُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ﴿١٩﴾قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ۚ ثُمَّ اللَّهُ يُنْشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allâh menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allâh. Katakanlah, "Berjalanlah di (muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allâh menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allâh menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allâh Maha Kuasa atas segala sesuatu. [al-‘Ankabût/29: 19-20]
MASA KUAT DIANTARA DUA MASA LEMAH
Allâh Azza wa Jalla telah mengingatkan bahwa mengalami dua kali masa lemah yaitu di awal dan di akhir penciptaannya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. [ar-Rûm/30:54]
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Allâh Azza wa Jalla mengingatkan perpindahan manusia dalam fase-fase penciptaannya, dari satu keadaan ke keadaan berikutnya. Asal manusia adalah dari tanah, lalu dari nuth-fah (setetes mani), lalu segumpal darah, lalu segumpal daging, lalu menjadi tulang-tulang, lalu dibungkus dengan daging. Dan ditiupkan roh padanya, lalu dia keluar dari perut ibunya dalam keadaan lemah tanpa daya dan kekuatan. Kemudian dia tumbuh sedikit demi sedikit sehingga menjadi bayi, lalu menjadi anak muda, lalu menginjak puber, lalu menjadi pemuda (yang kuat). Inilah masa kuat setelah masa lemah. Kemudian (kekuatannya) mulai berkurang, lalu menjadi tua, bertambah tua, lalu menjadi pikun. Inilah masa lemah setelah masa kuat. Keinginan menjadi melemah, juga gerakan dan ketangkasan. Rambut menjadi beruban, sifat-sifat lahir dan batin juga berubah.” [Tafsîr al-Qur'ânil 'Azhîm, Ibnu Katsir, surat ar-Rûm/30: 54]
MASA LEMAH PERTAMA
Allâh Azza wa Jalla banyak menerangkan masa lemah yang pertama pada manusia, yaitu sejak Allâh Azza wa Jalla menciptakannya dalam perut ibu. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ﴿٢٠﴾فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ﴿٢١﴾إِلَىٰ قَدَرٍ مَعْلُومٍ﴿٢٢﴾فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina ? Kemudian Kami meletakkannya dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah Sebaik-baik yang menentukan. [al-Mursalât/77: 20-23]
Ketika menjelaskankan ayat ke-54 dari Surat ar-Rûm, Syaikh Abdurrahman Nâshir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Allâh memberitahukan keluasan ilmu-Nya, kebesaran kemampuan-Nya, dan kesempurnaan hikmah-Nya. Allâh memulai penciptaan manusia dari masa lemah, yaitu fase-fase awal dari penciptaannya, mulai setetes air mani, lalu segumpal darah, lalu segumpal daging, sehingga menjadi janin dalam rahim sampai dilahirkan, sebagai bayi. Saat itu dia berada dalam kondisi sangat lemah, tidak memiliki kekuatan dan kemampuan. Kemudian Allâh selalu menambahkan kekuatan sedikit demi sedikit sehingga mencapai usia pemuda, kekuatannya sampai puncaknya, dan menjadi sempurna kekuatan lahiriyah dan batiniyahnya. Kemudian manusia berpindah dari fase ini dan kembali menuju kelemahan, beruban, dan kepikunan”. [Taisîrul Karîmir Rahmân, Surat ar-Rûm/30: 54]
MASA KUAT MANUSIA
Diri manusia adalah lemah, kalau bukan pertolongan Allâh niscaya manusia tidak akan memiliki kekuatan dan kemampuan. Dan kekuatan manusia itu jika selalu bertambah sering menjadikan mereka lupa kepada Sang Pencipta. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata. [an-Nahl/16: 4]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ﴿٧٧﴾وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ﴿٧٨﴾قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. [Yâsîn/36: 77-79]
Lihatlah bagaimana manusia yang dikelilingi kelemahan dalam fase-fase hidupnya, ketika berada dalam masa kuat, dia membantah Rabbnya Yang Maha Perkasa! Alangkah hinanya manusia ini ! Ia melupakan nikmat Rabbnya lalu mengingkari kekuasaan-Nya !
MASA LEMAH KEDUA
Allâh Azza wa Jalla juga mengingatkan akhir fase kehidupan manusia yang diberi umur panjang di dunia, yaitu masa pikun, penyakit yang tidak ada obatnya. Hanya kematian yang dia nanti, tidak ada lain lagi. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
Allâh menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allâh Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. [an-Nahl/16:70]
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya) (maksudnya: kembali menjadi lemah dan kurang akal-pent). Maka apakah mereka tidak memikirkan? [Yâsîn/36: 68]
RATA-RATA UMUR UMAT SEKARANG
Umur umat ini lebih pendek bila dibandingkan dengan umur umat-umat di zaman dahulu. Oleh karena itu, selayaknya kita memperhatikan pemanfaatan umur kita yang singkat ini ?
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ سِتِّينَ إِلَى سَبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata bahwa Rasûlullâh n bersabda, “Umur ummatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, dan sedikit yang melewatinya." [HR. Tirmidzi; dihasankan oleh al-Albâni]
Imam al-Mubârakfûri rahimahullah berkata, “Sabda Nabi “Umur ummatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun”, yaitu, akhir mayoritas umur umatku antara keduanya, “dan sedikit yang melewatinya", yaitu melewati tujuh puluh tahun sehingga mencapai seratus tahun atau lebih. al-Qâri’ rahimahullah berkata, “Umur paling panjang yang kami ketahui dari kalangan umat ini dari kalangan para sahabat dan para imam yang diberi umur panjang adalah umur Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu, beliau wafat ketika berumur 103 tahun. Juga Asmâ’ binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma yang wafat dengan umur 100 tahun, dengan tanpa satu gigi-pun yang tanggal dan tanpa mengalami kepikunan. Ada lagi yang umurnya melebihi keduanya, yaitu Hasan bin Tsâbit Radhiyallahu anhu yang wafat dengan umur 120 tahun, beliau hidup 60 tahun di zaman jahiliyah dan 60 tahun di zaman Islam. Yang lebih panjang lagi umurnya adalah Salmân al-Fârisi, konon beliau hidup selama 250 tahun, ada yang mengatakan hidup selama 350 tahun, namun yang awal lebih benar”. [Tuhfatul Ahwadzi, 9/376-377]
Karena rata-rata umur umat ini antara 60-70 tahun, maka barangsiapa telah mencapai usia ini dan sudah datang padanya dakwah, namun dia tetap tidak beriman, maka alasannya tidak akan diterima oleh Allâh Azza wa Jalla . Sebagaimana hadits :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ : أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً
Allâh meniadakan hujjah atau alasan seseorang yang Dia telah memanjangkan ajalnya (umurnya) sehingga Dia memberinya umur enam puluh tahun. [HR. Bukhâri, no. 6419]
Dan inilah jawaban Allâh Azza wa Jalla kepada orang-orang kafir penghuni neraka ketika mereka memohon untuk dikembalikan ke dunia, sebagaimana firman-Nya :
وَالَّذِينَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَىٰ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذَابِهَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ﴿٣٦﴾وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu , "Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang shaleh berbeda dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolongpun. [Fâthir/35: 36-37]
Yang dimaksud dengan “memanjangkan umurmu” di dalam firman Allâh “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir”, adalah umur 60 tahun sebagaimana hadits di atas. Oleh karena itu, orang yang telah berumur 60 ke atas hendaklah waspada, kematian bisa datang secara tiba-tiba, dan menamatkan hidupnya di dunia.
Inilah tulisan ringkas semoga menggugah kita untuk selalu berbenah diri menyiapkan bekal menuju esok hari (akhirat). Dan semoga Allâh selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sehingga meraih kebahagiaan disisi-Nya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XV/1432H/2011M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]